Selasa, 19 Juni 2012

Penyambutan

Salam segala salam,

Pada cuaca yang tak tentu seperti sekarang, saya harap konco-konco sekalian dalam keadaan sehat-sejahtera dan melimpah rizki. Amin.


Ngobrol-ngobrol tentang cuaca yang plin-plankadang panas, kadang dinginmirip anak gadis yang mulai beranjak dewasa: labil dan mudah merajuk, saya kok ndak habis pikir kala warga di lingkungan tempat saya kos menebangi pohon saat kerja bakti kemarin. Ya, bukannya apa-apa, soalnya salah satu pohon itu termasuk pohon rindang yang cukup banyak mereduksi panas matahari. Letaknya pun strategis, tepat di samping kosan. Wah, lha kalau ditebang bisa mengancam kelancaran tidur siang ini nanti. Secara, siang di Semarang itu panasnya ndak ketulungan, apalagi kalau penolong satu-satunya mau ditebang.


Usut punya usut, ternyata pak walikota akan rawuh ke masjid samping kosan untuk peletakan batu pertama renovasi tahap kedua, Selasa nanti. Karena itu lingkungan harus ditata sedemikian rupa agar tampak bersih, rapi, dan sedap dipandang. Termasuk "merapikan" pohon-pohon yang dirasa mengganggu pemandangan dan mengurangi kerapian. Saya cuma bisa gedeg-gedeg kepala. Ya, beginilah pemikiran orang Indonesia, kalau dirasa mengganggu ya langsung dimatikan saja. "Diamankan" istilah orde barunya, "dibina" kalau istilah pak kades timbangan.


Terlepas dari kekecewaan atas pohon yang ditebang, sungguh saya kagum kepada bapak-bapak yang dengan gigih bekerja bakti membersihkan lingkungan. Bagaimana tidak, pagi-pagi benar mereka sudah menguras got, memotong rumput, menebang pohon, gotong royong iuran bikin spanduk penyambutan, dan tidak lupa memasang bendera dan umbul-umbul beragam warna. Semua dirias dan dipoles agar tampak cantik. Agar nanti saat pak wali datang, beliau merasa nyaman ada di lingkungan ini.


Memberi yang terbaik untuk pemimpin atau penguasa ternyata sudah menjadi budaya kita sejak lama. Semacam kearifan lokal. Syahdan, jaman dahulu kala banyak orang tua mempersembahkan anak perawannya untuk dipinang raja. Dan kalau paduka raja berkenan, itu merupakan penghargaan yang tak ternilai bagi orang tua. Prinsipnya: Memberi yang terbaik dari apa yang mampu kita berikan untuk penguasa. Karena kita menganggap penguasa itu titipan Tuhan. Pun juga di era demokrasi sekarang ini, suara rakyat adalah suara Tuhan. Sedangkan para pemimpin itu terpilih dari suara rakyat, suara Tuhan. Jadi mereka itu juga titipan Tuhan. Kedatangan mereka pun jadi berkah. . Bukan begitu, Konco-konco(?)


Oh iya, saya teringat satu atau dua tahun lalu, ketika pak Yudhoyono sedang dalam perjalanan ke Surabaya (atau ke mana saya lupa) dan mau tak mau harus lewat madiun. Ring road itu, jalan lingkar Madiun, yang biasanya penuh lubang, langsung di-"cling" jadi halus seketika. Sepanjang jalan berjajar para siswa sekolah dengan bendera merah-putih plastik. Mereka harus rela berpanas-ria selama hampir dua jam untuk menyambut rombongan kepresidenan lewat. Tapi tenang saja, siswa-siswi yang diikutkan itu adalah mereka dengan kadar gizi lebih, jadi ndak bakal semaput. Yang kurang gizi ya musti perlu "dibina" dulu. Kan ingin menunjukkan yang terbaik?


Sebenarnya baik sekali kalau ingin menyambut pemimpin kita seperti dua contoh di atas. Tapi mbok ya jangan segitunya (pakai tebang pohon segala). Kan mereka itu datang untuk melihat kondisi warganya juga. Lha kok malah ditutup-tutupi dan dibaik-baikkan. Jadi, ya bukan salah mereka juga kalau sampai ndak tahu kondisi jiwa dan raga rakyatnya. Eh, siapa tahu kalau bapak-bapak dan ibu-ibu pemimpin malah terenyuh dengan kondisi lingkungan masyarakat yang sesungguhnya; dan akhirnya termotivasi untuk bekerja dengan keras demi meningkatkan harkat dan martabat rakyatnya. Tunjukkan saja apa adanya sebagaimana kondisi sebenar-benarnya. Rapi, tentu harus, tapi ndak usah dilebih-lebihkan. Lha wong tidak dinilai juga kan. Kalau ada penilaian akreditasi dari BAN-PT itu baru boleh dilebih-lebihkan. Bukan begitu, Konco-konco(?)


Sudah dulu, kepareng. Saya mau tidur sore, berhubung tidur siang sudah tidak lagi dimungkinkan.

Tabik.


[Pleburan, 15 Maret 2011, pkl. 16.03 WIB]

Pagi, di balkon kosan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar